JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah kemajuan teknologi dan maraknya penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Rosianna Silalahi menyoroti kasus yang terjadi di Amerika Serikat, di mana seorang anak dilaporkan mengakhiri hidupnya setelah curhat kepada Chat GPT. <br /> <br />Psikolog Klinis Forensik, Kasandra Putranto mengingatkan adanya risiko serius terhadap anak dan remaja yang berinteraksi dengan mesin tanpa pendampingan manusia. <br /> <br />Menurut Kasandra, peran orang tua sangat penting dalam mengawasi tumbuh kembang anak di era digital. Ia menekankan bahwa anak membutuhkan interaksi manusiawi yang penuh empati, bukan sekadar jawaban dari mesin. <br /> <br />"Anak lahir bagaikan kertas putih. Tugas orang tua, ayah, ibu sebagai pilar keluarga, juga masyarakat, media, dan pemerintah, memastikan proses tumbuh kembang berjalan dengan lancar dan bebas dari risiko seperti ini," ujarnya. <br /> <br />Psikolog yang sering menangani kasus anak dan remaja ini juga berpesan agar generasi muda tidak menggantungkan diri pada AI untuk mencari solusi emosional atau pribadi. Sebab, Chat GPT hanyalah mesin, tidak punya analisis secara manusiawi. <br /> <br />Bagaimana menurut Anda? <br /> <br />Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/YTOuNdyQ7Ms?si=B8m8RxrUSx2LRHJJ <br /> <br /> <br /> <br />#bullying #sma72 #siswa <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/630453/psikolog-forensik-ingatkan-bahaya-chatgpt-bagi-anak-yang-kesepian-rosi
